Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan persentase lautan yang mencapai 70 % atau sekitar 5,8 km2 dan panjang garis pantai hingga 95.181 km. Kondisi ini menjadikan Indonesia berpotensi untuk mengembangkan energi dari gelombang laut, sebuah energi yang sangat rendah emisi karbon, densitas energi yang tinggi, serta rendah dampak lingkungan dan visualnya.
Penelitian ini menghitung potensi energi gelombang laut di pesisir selatan Jawa Barat, dengan menggunakan data dari Wavewatch-III, sebuah model numerik yang menggambarkan keadaan pantai Indonesia sepanjang 1991 sampai 2011. Salah satu titik yang diamati dalam studi kasus ini bernama Cidaun, dengan potensi energi mencapai 42,41 kW per meter.
Energi gelombang laut memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sumber energi lain di antaranya:
– Memiliki densitas energi yang besar
– Penjalaran gelombang sangat konsisten dan kontinu sehingga dapat diprediksi sebelumnya
– Dampak lingkungan yang dihasilkan sangat kecil
Teknologi energi gelombang laut yang dinilai paling tepat menurut riset ini adalah heaving device (perangkat terapung), sebuah teknologi konversi energi yang secara fisik mirip dengan benda terapung dan terikat dengan pondasi di dasar laut. Sayangnya, harga pembangkitan energi yang terhitung mencapai sekitar Rp 3.266 per kWh, jauh di atas harga listrik PLN yang kisarannya adalah Rp 1.500 per kWh.
Mahalnya harga pembangkitan tersebut disebabkan karena teknologi energi gelombang laut yang belum matang, sebagai akibat dari kondisi gelombang laut yang sangat dinamis, berbeda dengan energi air di daratan yang diatur dinamikanya. Diperlukan pengembangan riset yang signifikan di Indonesia, agar potensi besar tersebut dapat dimanfaatkan.
Peneliti: Beyrra Triasdian (Institut Teknologi Bandung)