Salah satu faktor agar penetrasi energi terbarukan lebih masif adalah munculnya aspirasi tentang energi terbarukan dari masyarakat, sehingga diperhatikan sungguh-sungguh oleh entitas politik dalam pemerintahan di berbagai tingkat. Sementara di tataran teknis, agar energi terbarukan dapat beroperasi sesuai dengan usia teknisnya, diperlukan pendekatan dengan melibatkan banyak disiplin ilmu.
Sayangnya, pengembangan energi terbarukan sebagai solusi atas kebutuhan energi yang nyaris tidak berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim, saat ini masih kurang menjadi perhatian bagi masyarakat kebanyakan di Indonesia, termasuk di institusi pendidikan. Kota Gorontalo yang menjadi pusat kegiatan di Provinsi Gorontalo adalah salah satu wilayah di Indonesia yang menggunakan kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Artinya sekolah-sekolah di Kota Gorontalo telah menjalankan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai GLS di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya literasi energi yang pada kenyataannya dalam penelitian Bamisile (2016) dan Yutaka (2017) menjelaskan bahwa literasi energi masih rendah dan energi menjadi topik utama dalam beberapa tahun belakangan.
Literasi energi adalah seorang individu dengan karakter pengetahuan yang sadar, mengerti karakteristik energi secara interdispliner dan signifikan, menggunakan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui dampak dari penggunaan energi yang berlebihan, alternatif energi bagi pembangunan, dapat memberikan keputusan dan pilihan dalam penggunaan energi yang semuanya didasari untuk keberlajutan kehidupan. Literasi energi sangatlah penting untuk diajarkan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, karena energi adalah bagian dari kehidupan makhluk hidup yang pengelolaannya memerlukan ketelitian dan kebijaksanaan.
Berdasarkan riset di dua SMA yang terletak di Kota Gorontalo, pemahaman siswa tentang isu energi masih sangat rendah: 57,5% tidak baik pemahamannya; 27,5% kurang baik pemahamannya; dan 15% cukup baik pemahamannya. Penelitian tersebut dapat dielaborasi dengan menggunakan sampel yang lebih banyak, mencakup tingkat sekolah yang lain (SD, SMP), serta diarahkan pada integrasi isu energi di kurikulum untuk menanam kepedulian sejak usia dini melalui institusi pendidikan.
Peneliti: Dr. Talha Dangkua, M.Pd. dan Ghinia Anastasia Muhtar, S.Si., M.Si.